Pa'piong
Toraja adalah kota yang terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya
di Sulawesi Selatan, di Toraja sangat terkenal dengan objek wisatanya. Adapun wisata toraja yaitu wisata budaya, wisata alam, wisata oleh-oleh khas, dan wisata kuliner. Wisata kuliner adalah perjalanan yang
memanfaatkan makanan serta suasana
lingkungannya sebagai objek tujuan wisatanya.
Salah satu wisata
kuliner yang bisa kita nikmati kalo ke toraja adalah pa’piong. Pa’piong adalah
masakan khas toraja.
Sejarah pa' piong sendiri berawal konon ketika
leluhur suku Toraja Pong Gaunti Kembong sedang terbang, dia melihat seorang
wanita yang sangat menawan didarat.
Pa'piong adalah salah satu masakan tradisional asal Toraja.
Masakan yang dimasukkan ke dalam bambu. Memang aneh tapi inilah ke unikan dari
masakan Toraja. Pa'piong biasanya berisi daging babi, daging ayam,
daging kerbau, daging ikan mas namun tidak dicampur satu dengan yang lain.
Daging dipotong ke dalam ukuran yang
lebih kecil sebelum dimasukkan ke dalam bambu.
Setelah seluruh potongan daging
telah siap, maka daging tadi dicampur dengan garam dan sayuran lalu diaduk.
Sayuran yang sering digunakan adalah daun mayana,atau utan bulunangko demikian
masyarakat toraja biasa menyebutnya. Alternatif lain adalah sayur buah nangka
muda yang dicacah kecil.
Apabila potongan daging dan sayuran
telah tercampur dengan baik, maka proses selanjutnya adalah mengisi
potongan-potongan bambu yang telah tersedia. Panjang bambunya kurang lebih satu
sampai satu setengah meter sesuai dengan ukuran ruas bambu, karena ruasnya yang
akan menjadi menjadi penahan masakannya. Sedangkan sisi ujungnya yang terbuka
disumbat dengan dedaunan seperti daun pisang.
Bambu-bambu yang telah terisi dengan
potongan daging pun dibariskan membujur di sepanjang tungku khusus. Cara
memasaknya, posisi bambu dibuat berdiri dengan kemiringan 30-40 derajat lalu
dibawah tungkunya dibuat api sepanjang barisan bambu tersebut. Proses memasak
Pa’piong ini berlangsung sekitar 30-40 menit. Selama memasak, sisi bambu yang
terkena api diputar beberapa kali agar seluruh bagian bambu terkena panas,
dengan demikian masakannya juga mendapat panas secara merata secara merata.
Lalu dibakar langsung diatas perapian. Perapian menggunakan sebuah kayu yang
agak sulit terbakar dibentangkan melintang yang kedua ujungnya di topang. Kayu
ini berfungsi untuk menyandarkan bambu-bambu tersebut.
Indikator kematangan pa’piong biasa
dilihat dari uap air yang keluar dari sisi atas bambu. Setelah masak, Pa’piong
didinginkan beberapa saat. Setelah itu, kulit bambu yang kehitaman karena
terkena api disayat terlebih dahulu untuk dibuang dan pa’piong pun sudah
siap di keluarkan isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar