Minggu, 01 November 2015

Lomba Menulis di Blog Toraja Goes To The World Cultural Heritage.



Pa'piong

Toraja adalah kota yang terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan, di Toraja sangat terkenal dengan objek wisatanya.  Adapun wisata toraja  yaitu wisata budaya, wisata  alam, wisata oleh-oleh khas, dan  wisata kuliner.  Wisata kuliner adalah perjalanan yang memanfaatkan makanan serta  suasana lingkungannya sebagai objek tujuan wisatanya.
 Salah satu wisata kuliner yang bisa kita nikmati kalo ke toraja adalah pa’piong. Pa’piong adalah masakan khas toraja.

Pa’piong dulunya disajikan pada acara-acara penting atau upacara- upacara adat seperti upacara rambu solo dan upacara rambu tuka dalam kepercayaan aluk todolo.  Namun sekarang, pa' piong telah disajikan secara awam oleh masyarakat Toraja.

Sejarah pa' piong sendiri berawal konon ketika leluhur suku Toraja Pong Gaunti Kembong sedang terbang, dia melihat seorang wanita yang sangat menawan didarat.

Pa'piong adalah salah satu masakan tradisional asal Toraja. Masakan yang dimasukkan ke dalam bambu. Memang aneh tapi inilah ke unikan dari masakan Toraja. Pa'piong biasanya berisi daging babi, daging ayam, daging kerbau, daging ikan mas namun tidak dicampur satu dengan yang lain.
Daging dipotong ke dalam ukuran yang lebih kecil sebelum dimasukkan ke dalam bambu.
Setelah seluruh potongan daging telah siap, maka daging tadi dicampur dengan garam dan sayuran lalu diaduk. Sayuran yang sering digunakan adalah daun mayana,atau utan bulunangko demikian masyarakat toraja biasa menyebutnya. Alternatif lain adalah sayur buah nangka muda yang dicacah kecil.

                                                      www.torajabercerita.com

Apabila potongan daging dan sayuran telah tercampur dengan baik, maka proses selanjutnya adalah mengisi potongan-potongan bambu yang telah tersedia. Panjang bambunya kurang lebih satu sampai satu setengah meter sesuai dengan ukuran ruas bambu, karena ruasnya yang akan menjadi menjadi penahan masakannya. Sedangkan sisi ujungnya yang terbuka disumbat dengan dedaunan seperti daun pisang.
Bambu-bambu yang telah terisi dengan potongan daging pun dibariskan membujur di sepanjang tungku khusus. Cara memasaknya, posisi bambu dibuat berdiri dengan kemiringan 30-40 derajat lalu dibawah tungkunya dibuat api sepanjang barisan bambu tersebut. Proses memasak Pa’piong ini berlangsung sekitar 30-40 menit. Selama memasak, sisi bambu yang terkena api diputar beberapa kali agar seluruh bagian bambu terkena panas, dengan demikian masakannya juga mendapat panas secara merata secara merata. Lalu dibakar langsung diatas perapian. Perapian menggunakan sebuah kayu yang agak sulit terbakar dibentangkan melintang yang kedua ujungnya di topang. Kayu ini berfungsi untuk menyandarkan bambu-bambu tersebut.

Indikator kematangan pa’piong biasa dilihat dari uap air yang keluar dari sisi atas bambu. Setelah masak, Pa’piong didinginkan beberapa saat. Setelah itu, kulit bambu yang kehitaman karena terkena api disayat terlebih dahulu untuk dibuang dan pa’piong pun sudah siap  di keluarkan isinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar